TUGAS
STUDI ISLAM
AQIDAH
POKOK DAN AQIDAH CABANG
TUGAS
INI DI TULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH STUDI ISLAM
Dosen : Drs. AMINUDDIN, M.Ag
DISUSUN
OLEH :
NAMA
: AHDIN MARA SALEH H.
NIM
: 1112081000045
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012
BAB I
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN AQIDAH POKOK DAN
CABANG
A. Akidah Pokok Yang Disepakati
Etimologis (bahasa) : Aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan
·Aqdan =
Simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh
·Setelah
terbentuk menjadi ‘AQIDAH berarti KEYAKINAN
Terminologis
(istilah) :
·Hasan Al
Bana : “Aqa’id adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati(mu),
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi kenyakinan yang tidak bercampur sedikit
pun dengan keragu-raguan.
Berbeda dengan Akidah umat Islam pada masa Nabi dan masa khalifah Abu Bakar As-Sidik dan Umar bin Khattab persoalan akidah masih dapat dipertahankan yaitu disebut Rukun Iman yang mencakup enam aspek dan di sebut aqidah pokok, yaitu:
Berbeda dengan Akidah umat Islam pada masa Nabi dan masa khalifah Abu Bakar As-Sidik dan Umar bin Khattab persoalan akidah masih dapat dipertahankan yaitu disebut Rukun Iman yang mencakup enam aspek dan di sebut aqidah pokok, yaitu:
- Iman Kepada Allah
- Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah
- Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
- Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
- Iman Kepada Qada Dan Qadar
B. Akidah Cabang Yang Diperselisihkan
Setelah berakhirnya kepemimpinan
Khalifah Umar bin Khattab umat Islam tidak dapat menahan diri dengan apa yang
telah dijaga bersama. Kemudian muncul kemelut yang pada klimaksnya melahirkan
peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin Affan (Tahun 345-656 M) oleh para
pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan
politiknya.
Memang secara lahir nampak peristiwa
adalah persualan politik yang berkembang menjadi persoalan Akidah (Teologi)
yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi dengan pandangan dan
pendapat yang berbeda-beda. Pada masa umat Islam tidak mampu lagi
mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidah, karena masing-masing berusaha
membuka persoalan akidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing-masing
kelompok membawa keluar persoalan Akidah untuk dilepaskan bersama kelompoknya
sehingga muncul pemahaman versi kelompok tersebut.
Maka lahir cabang-cabang akidah yang
pemahaman bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman misalnya rukun iman
yang pertama (iman kepada Allah) muncul perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam
membicarakan zat tuhan, sifat tuhan, dan af’a,al (perbuatan) tuhan. Persoalan
yang muncul dalam masalah iman kepada malaikat separti, apakah iblis termasuk
golongan dari mereka. Dalam mempercayai kitab Allah juga muncul persoalan yang
diikhtilafkan seperti apakah kitab (wahyu) itu malaikat (diciptakan) atau bukan
makhluk sehingga bersifat kekal (qadim). Mereka juga berpendapat mengenai
berapa jumlah Rasul atau Nabi yang pernah diutus oleh Allah kebumi.
Persoalan yang muncul dari keyakinan tentang hari kiamat adalah balasan apakah
yang akan diterapkan kelak pada hari kiamat, jasmani atau hanya rohani saja.
Adapun persoalan yang muncul disekitar masalah rukun iman yang ke enam (iman kepada
takdir) adalah apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berbuat ataukah
sebaliknya.
2. AQIDAH POKOK
DAN CABANG
1.. Tuhan
Inti pokok ajaran Al-Qur’an adalah
Akidah. Sedang inti dari akidah adalah tauhid yakni keyakinan bahwa Allah SWT
Maha Esa. Tidak ada tuhan selain-Nya.
Allah berfirman
Allah berfirman
ŁُŁْ ŁُŁَ
Ų§ŁŁَّŁُ Ų£َŲَŲÆ Ų§ŁŁَّŁُ Ų§ŁŲµَّŁ
َŲÆُ ŁَŁ
ْ ŁَŁِŲÆْ ŁَŁَŁ
ْ ŁُŁŁَŲÆ ŁَŁَŁ
ْ ŁَŁُŁْ ŁَŁُ
ŁُŁُŁًŲ§ Ų£َŲَŲÆٌ
Artinya :
Artinya :
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang
Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia
tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan dia.” (Q.S.Al-Ikhlas : 1-4)
Iman kepada Allah ialah percaya
sepenuhnya, tanpa keraguan sedikit pun, akan ada Allah SWT Yang Maha Esa dan
Maha Sempurna, baik zat, sifat maupun Af’an-Nya. Dalam mengenal Allah SWT,
manusia hanya mampu sampai batas memgetahui bahwa zat Tuhan Yang Maha Esa itu
ada (wujud)” Tidak lebih dari itu. Untuk lebih lanjut manusia memerlukan wahyu
sebagai petunjuk dari Tuhan. Sebab itulah, Tuhan mengutus para Rasul atau
Nabi-Nya untuk menjelaskan apa dan bagaimana Tuhan itu dengan petunjuk wahyu.
Meskipun demikian, Nabi hanya
menjelaskan bentuk sifat-sifat Allah yang maha kuasa dengan bukti keberadaan,
keesaan, dan kekuasaan-Nya. Nabi sendiri dalam salah satu hadisnya menyatakan
tidak diperkenankan-Nya memikirkan zat Allah, sebab tidak akan mencapai hakikat
yang sebenarnya. Seorang mukmin hanya perlu berpikir mengenai apa yang telah
diciptakan-Nya dan menghayati sepenuhnya akan keberadaan zat Allah Yang Maha
Esa . Dengan demikian, keimanan seseorang mukmin kepada Allah terhimpun dalam
persepsi yang sama. Namun dalam kenyataannya karena berkembangnya filsafat
dikalangan kaum muslimin dan sebagainya menjadikan kaum muslimin terusik untuk
membicarakan perihal ketuhanan secara lebih luas melalui kedalaman ilmunya
sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda (ikhtilaf) dalam sekitar pembahasan
ketuhanan diantaranya mengenai Zat, sifat, dan Af”al/perbuatan Tuhan. Dalam
masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat
bentuk jasmani/fisik. Golongan ini disebut Mujassimah (orang-orang yang
merumuskan Tuhan). Sedangkan masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah
Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak.
Dalam hal ini muncul 2 golonganpendapat :
Pertama : Golongan Mu’atilah yang
diwakili oleh Golongan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikan tidak Esa. Mereka
meng Esakan Tuhan dengan mengosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat. Kedua :
Golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan (Asy’ariyah dan
Maturidiyah ) meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada
yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempunaan tidak akan
mengurangi ke Esaan-Nya Dan dalam masalah perbuatan/Af-Al Tuhan muncul
perbedaan cabang seperti ; apakah Tuhan mempunyai kewajiban berbuat. Golongan
Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban berbuat baik dan terbaik
bagi manusia (As Salah Al Asbah). Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah
(Asy’ariyah dan Maturidiyah) berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban
kepada makhluk-Nya. Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya
karena kalau Tuhan mempunyai kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan
kehendak Tuhan tidak mutlak.
2.
Malaikat
Iman kepada malaikat mengandung arti
bahwa seorang mukmin hendaknya percaya sepenuhnya bahwa Allah menciptakan
sejenis makhluk yang disebut malaikat.
Malaikat ialah makhluk halus ciptaan Allah yang terbuat dari Nur (cahaya). Mereka adalah hamba Allah yang mulia dan selalu menuruti perintah-Nya. Malaikat tidak mempunyai nafsu dan mereka tidak pernah mendurhakai kepada Allah dan senantiasa menjalankan tugasnya. Tugas dan pekerjaan malaikat berbeda-beda mereka dipimpin oleh sepuluh malaikat yang wajib diketahui yakni :
Malaikat ialah makhluk halus ciptaan Allah yang terbuat dari Nur (cahaya). Mereka adalah hamba Allah yang mulia dan selalu menuruti perintah-Nya. Malaikat tidak mempunyai nafsu dan mereka tidak pernah mendurhakai kepada Allah dan senantiasa menjalankan tugasnya. Tugas dan pekerjaan malaikat berbeda-beda mereka dipimpin oleh sepuluh malaikat yang wajib diketahui yakni :
A.Jibril,
Yaitu Yang Menjabat Pimpinan Malaikat Dan Menyampaikan Wahyu.
B.Mikail Bertugas Mengatur Kesejahteraan Manusia Dan Semua Makhluk.
C.Izra’il Bertugas Mencabut Nyawa Semua Jenis Makhluk.
D.Munkar Dan Nakir Bertugas Menanyai Manusia Setelah Mati Didalam Kubur.
E.Raqib Dan Atid Bertugas Mencatat Semua Amal Kebaikan Dan Keburukan Manusia.
F.Israfil Bertugas Meniup Terompet Pada Hari Kiamat Dan Hari Kebangkitan.
G.Ridwan Bertugas Menjaga Surga
B.Mikail Bertugas Mengatur Kesejahteraan Manusia Dan Semua Makhluk.
C.Izra’il Bertugas Mencabut Nyawa Semua Jenis Makhluk.
D.Munkar Dan Nakir Bertugas Menanyai Manusia Setelah Mati Didalam Kubur.
E.Raqib Dan Atid Bertugas Mencatat Semua Amal Kebaikan Dan Keburukan Manusia.
F.Israfil Bertugas Meniup Terompet Pada Hari Kiamat Dan Hari Kebangkitan.
G.Ridwan Bertugas Menjaga Surga
H.Malik Bertugas
Menjaga Neraka
3.
Kitab-Kitab/Wahyu
Beriman kepada kitab Allah ialah
mempercayai bahwa Allah menurunkan beberapa kitab kepada para Rasul untuk
menjadikan pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan didunia dan
akhirat. Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para rasul cukup
banyak, namun yang jelas disebutkan dalam Al-Qur’an hanya empat dan wajib
diketahui oleh orang Islam, yaitu :
- Taurat diturunkan kepada Nabi Musa
a.s
- Zabur diturunkan kepada Nabi Daud
a.s
- Injil diturunkan kepada Nabi Isa
a.s
- Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW
Permasalahan yang diikhtilafkan
dalam persoalan kitab dikalanagan orang Islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim
(kekal) atau hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat
bahwa Al-Qur’an adalah Qadim, bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat
yang lain mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah tidak qadim karena Al-Qur’an itu
diciptakan (makhluk).
4. Nabi atau
Rasul
Beriman kepada Rasul-Rasul Allah
ialah meyakini bahwa Allah telah memilih beberapa orang diantara manusia,
memberikan wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul)
untuk membimbing manusia kejalan yang benar.
Mereka diutus Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidak, membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak. Beiman kepada Rasul cukup secara global (Ijmal) dan yang wajib diketahui ada 25 Rasul.
Mereka diutus Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidak, membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak. Beiman kepada Rasul cukup secara global (Ijmal) dan yang wajib diketahui ada 25 Rasul.
Masalah yang
masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul
adalah mengenai jumlah. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama
mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari sejumlah itu yang
diangkat menjadi Rasul ada 313 orang.
5.
Hari Akhirat
( Hidup Sesudah Mati )
Hari kiamat (Hari Akhirat) ialah
kehancuran alam semesta segala yang ada didunia ini akan musnah dan semua
makhluk hidup akan mati, selanjutnya akan berganti dengan yang baru yang
disebut Alam Akhirat. Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai akan adanya
hari tersebut dan kehidupan sesudah mati serta beberap hal yang berhubungan
dengan hari kiamat. Seperti kebangkitan dari kubur, Hisab (Perhitungan Amal),
Sirat (Jembatan yang terbentang diatas punggung neraka), Surga dan Neraka.
Kapan hari kiamat akan datang, tidak seorangpun yang tahu dan hanya Allah saja
yang mengetahui. Manusia hanya diberi tahu melalui tanda-tandanya sebelum hari
kiamat tiba. Para ulama telah sepakat dalam masalah adanya hari kiamat dan
hal-hal yang terjadi didalamnya hanya saja mereka Ikhtilaf tentang apa yang
akan dibangkitkan. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang dibangkitkan meliputi
jasmani dan rohani. ini dikeluarkan oleh golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah.
Adapun pendapat kedua yang dibangkitkan adalah rohnya saja.
6.
Takdir atau Sunatullah
Beriman
kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT. Tidak
menjadikan segala makhluk dengan Kudrat dan Iradat-Nya dan dengan segala
hikmah-Nya.
Allah berfirman :
Ų„ِŁَّŲ§ ŁُŁَّ Ų“َŁْŲ”ٍ Ų®َŁَŁْŁَŲ§Łُ ŲØِŁَŲÆَŲ±
Allah berfirman :
Ų„ِŁَّŲ§ ŁُŁَّ Ų“َŁْŲ”ٍ Ų®َŁَŁْŁَŲ§Łُ ŲØِŁَŲÆَŲ±
Artinya :
“Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukurannya.” (Q.S.Al-Qamar : 49)
Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah, pasif, statis atau menyerah tanpa usaha. Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskna manusia untuk bangkit dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai kehendak yang diinginkan.
Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah, pasif, statis atau menyerah tanpa usaha. Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskna manusia untuk bangkit dan berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai kehendak yang diinginkan.
Firman Allah SWT :
|
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Q.s
Ar – Rad: 11)
|
Dalam
persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini adanya
ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini.
Namun berbeda dalam memahami dan mempraktekannya Gilongan Jabariyah yang
dipelopori oleh Jahm bin Sahfwan berpendapat bahwa takdir Allah berarti manusia
memiliki kemampuan untuk memilih, segala perbuatan dan gerak yang dilakukan
manusia pada hakikatnya adalah dari Allah semata, manusia menurut merekasama
seperti wayang yang digerakkan oleh ki dalang karena itu manusia tidak
mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-Nya. Pendapat lain
bahwa manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Tuhan tidak ikut campur tangan
dalam perbuatan manusia itu dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena
takdir Allah SWT. Golongan mereka disebut Aliran Qadariyah yang dipelopori oleh
Ma’bad Al-Jauhari dan Gharilan Al-Damsiki.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Muhammad. 1986. Akidah Muslim. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Muhidin. 2006. Risalah Tauhid
Dalam Ilmu Kalam. Kuala Kapuas.
Yazdi, Mishbah. 2005. Iman
Semesta. Jakarta: Al-Huda.
www.Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih