Translate

Minggu, 16 Desember 2012

ABDULLOH BIN SALAM


*** ABDULLOH BIN SALAM ***
Awwalul Muslimin yang seorang ini memang tidak “sepopuler”
Waroqoh bin Naufal. Tetapi banyak pelajaran yang bisa di-
ambil dari kisah bagaimana dia masuk Islam, seperti hadits
panjang yang diriwayatkan oleh Anas R.A. berikut ini:
Setelah Abdulloh bin Salam mendengar berita tentang keda-
tangan seorang Nabi, datanglah dia ke Makkah, dari tempat
asalnya yang cukup jauh.
“Sesungguhnya aku datang untuk mengajukan tiga pertanyaan
yang tidak akan ada yang bisa menjawabnya, kecuali seo-
rang Nabi:
Pertama, apakah tanda awal dari hari kiamat?
Kedua, apakah makanan pertama ahli sorga?
Ketiga, mengapa seorang anak kadang menyerupai bapaknya,
kadang menyerupai ibunya?”
“Telah mengkhabarkan Jibril barusan, apa jawaban ketiga
pertanyaan tsb” jawab Nabi.
“Jibril?” tanya Abdulloh.
“Ya” jawab Nabi.
“Dia adalah malaikat yang dimusuhi Yahudi!” kata Abdulloh.
Lalu Nabi membaca ayat mengenai Malaikat Jibril, diterus-
kan menjawab “teka-teki” berikut:
“MAN KAANA ‘ADUWWAN LI JIBRIILA
FAINNAHU NAZZALAHU ‘ALAA QOLBIKA
—[Al-Baqoroh 97]
Pertanda awalnya kiamat adalah akan adanya api
yang akan menggiring manusia dari Timur ke Barat.
Makanan awal ahli sorga adalah lemak hati ikan.
anaknya akan menyerupai bapaknya, dan sebaliknya,
kalau mani perempuan keluar mendahului laki-laki,
anaknya akan menyerupai ibunya”
Memperoleh jawaban yang tepat demikian itu, Abdulloh lang-
sung mengucapkan syahadat:
” ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOOHU
WA ASYHADU ANNAKA ROSUULULLOOH
Ya Rosulullooh, sesungguhnya Yahudi adalah kaum pendusta.
Seandainya mereka tahu dengan keIslamanku, niscaya mereka
(yang tadinya sangat menghormatiku) akan menghina saya”.
Kebetulan lewat sekelompok Yahudi yang lalu ditanya Nabi:
“Siapakah Abdulloh itu?”
“Dia adalah
KHOIRUNAA, sebaik-baiknya dari kami;
WABNU KHOIRINAA, dari keturunan terbaik kami,
WA SAYYIDUNAA, dan sayyid kami
WABNU SAYYIDINAA, dan keturunan sayyid kami!!”
kata para Yahudi itu, dengan bangga.
“Bagaimana seandainya Abdulloh bin Salam masuk Islam?”
tanya Nabi.
“Kami berlindung kepada Alloh dari hal itu”.
Tiba-tiba, keluarkan Abdulloh. Lalu didepan kaumnya yang
Yahudi tadi, dia bersyahadat:
” ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOOHU
WA ANNA MUHAMMADAN ROSUULULLOOH”
Akibatnya?
Seketika saja, Yahudi yang baru saja menyanjung-nyanjung
setengah mati, kini berbalik menjadi sewot:
“SYARRUNAA, sejelek-jeleknya kami!
WABNU SYARRUNAA, sejelek-jeleknya keturunan kami!!”
Sejak itu, Yahudi “membuang” Abdulloh. Dari yang tadinya
ulama panutan yang sangat dihormati, menjadi orang yang
paling mereka hinakan.
—[Bukhori, V/148]
Sedih? Susah?
Tentu saja tidak. Sebab Abdulloh bin Salam, seperti Waro-
TIDAK AKAN DATANG SEORANG LAKI-LAKI YANG MEMBAWA
AJARANMU MUHAMMAD, KECUALI PASTI AKAN DISAKITI
demikian ucapan terkenal Waroqoh bin Naufal. Dengan mak-
sud yang sama, dalam akhir hadits tsb, Abdulloh berkata:
FA HAADZALLADZII KUNTU AKHHOOFU YAA ROSUULALLOOH
Ya Rosul,
Inilah perkara yang saya kuatirkan..
Maka bagi para ikhwan, yang dalam membawa ajaran Islam
ini kadang-kadang “disakiti”, kalem saja. Demikian itulah
memang pembawaannya.
Atau bagi para ukhti yang SETELAH menetapi Islam dengan
kaaffah terus “disakiti”, tenang saja. Tawakkal. Demikian
itulah memang garisannya.
Kalau Abdulloh bin Salam dan Waroqoh bin Naufal disakiti
ahli kitab, kaumnya sendiri; kalau kita?
Yang paling sering adalah “disakiti” sesama. Mengapa??
Diantaranya: “semakin ANEHnya gaya hidup yang mengikuti
Sunnah Rosulullooh di mata ummat Islam SENDIRI apalagi
di mata non-Muslim”, demikian tulis Akhi Jazi (posting
hari ini, Keyword: Salafi). Dibuka ayat ini: “aneh”. Di-
sampaikan hadits inu: “asing”. Diterangkan hukum iti:
“baru denger tuh”. Diulas perkara itu: “ada-ada aja”.
Merasa aneh sih boleh-boleh saja. Asal jangan ada buntut-
nya yang tidak mengenakkan para muballighin (penyampai).
Sebelum check-recheck, jauhi benar tuh meng-counter ayat/
hadits yang disampaikan mereka.
Bapaknya si Faza juga, di Isnet ini misalnya, sering me-
nemui hal aneh. Lha wong Al-Quran itu ribuan ayat. Hadits
lebih banyak lagi. Belum lagi tafsir dan ma’nanya yang
bermacam-macam. Kecuali yang dirasa FATAL, Alhamdulillaah,
bisa menahan diri untuk tidak GATAL. Umpama terpaksa MENG-
GARUK pun, usaha dulu lah. Buka kitab-kitab. Jauhi ro’yu.
Jauhi penafsiran ‘gaya baru’ (baca lagi posting Akhi Abu
Hizbullah tersebut diatas). Jadi, sepanjang yang diposting
para muballighin di Isnet ini ada rujukan ayat-haditsnya,
serta meyakini tidak ada nasihnya: sami’naa-wa atho’na…
lalu selalu pegang teguh satu ayat ini:
WALAA TAKUUNUU AWWALA KAAFIRIN BIHI
—[Al-Baqoroh 41]
waLLahu a’lam bish showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih