Translate

Minggu, 16 Desember 2012

Durrah binti Abu Lahab bin Abdul Muththalib


Durrah binti Abu Lahab bin Abdul Muththalib

Assalamu’alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuhu,
Alhamdulillaahi Robbil’aalamiin washolatu wassalamu’ala
Rasulillah wa’ala alihi washobihi wa mal wala. Amma ba’du.
InsyaAllah kali ini akan saya lanjutkan tayangan serial
kisah singkat wanita-wanita teladan dalam Islam di sekitar Nabi
Muhammad SAW. Kisah ini saya ambil dari buku yang berjudul asli
“An-Nisaa’ Haula Ar-Rasuul” (diterjemahkan menjadi “Tokoh-tokoh
Wanita di Sekitar Rasulullah SAW”) disusun oleh Muhammad Ibrahim
Saliim.
Marilah kita resapi bersama kisah di bawah ini dengan
tak lupa memohon semoga kita bisa memetik hikmah dan manfaat
yang ada di balik kisah teladan tersebut. Amiin yaa Robbal’aalamiin.
Wassalamu’alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuhu,
ukhtukum fillah,
hanies.
********************************************************************
PUTERI-PUTERI TELADAN DALAM ISLAM
3. Durrah binti Abu Lahab bin Abdul Muththalib, Puteri Paman Nabi SAW
———————————————————————
Durrah binti Abu Lahab masuk Islam, kemudian hijrah dan meng-
amalkan Islam dengan baik. Imam Adz-Dzahabi berkata :”Dia mempunyai
sebuah hadits dalam “Al-Musnad”, dari riwayat putera pamannya, Al-
Harits bin Naufal.” [Ath-Thabaqaat (8/34), Al-Istii'aab (4/290), Al-
Ishaabah (7/634), dan Ushudul Ghaabah (5/449)]
Ibnu Hajar menyebutkan dalam Al-Ishaabah, bahwa ketika Durrah
binti Abu Lahab datang ke Madinah sebagai muhajir, dia turun di rumah
Rafi’ bin Mu’alla. Kemudian beberapa wanita bani Zuraiq berkata kepa-
danya :”Engkau puteri Abu Lahab, yang Allah berfirman tentang dia :
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab (QS. Al-Lahab, 111:1). Maka hijrahmu
tidak berguna bagimu.” Kemudian dia datang kepada Nabi SAW dan mence-
ritakan hal itu kepada beliau. Maka Nabi SAW berkata :”Duduklah.”
Kemudian beliau mengimami Sholat Zhuhur dan duduk di atas mimbar
sesaat. Lalu beliau bersabda :”Wahai, orang-orang, mengapa aku diganggu
atas keluargaku ? Demi Allah, sungguh syafa’atku akan diperoleh kerabat-
ku, bahkan Shada’, Hakam, dan Salhab pun akan memperolehnya pada hari
kiamat.” [Ibnu Hajar menyebutnya dalam Al-Ishaabah dengan perkataan :
Diriwayatkan oleh Ibnu Ashim, Thabarani dan Ibnu Mandah, dari jalan Ab-
durrahman bin Basyar, dan ia adalah dhoif, dari Muhammad bin Ishaq, dari
Nafi' dan Zaid bin Aslam, dari Ibnu Umar, dan Sa'id Al-Maqbari dan Ibnu
Al-Munkadir, dari Abu Hurairah, dan dari Ammar bin Yasir. Mereka berkata:
"Datang Durrah....hingga akhir hadits...." ; Al-Ishaabah, juz 7 hal. 634]
Daruquthni meriwayatkan dalam kitab Al-Ikhwah, Ibnu Ady dalam
Al-Kaamil dan Ibnu Mandah dari Durroh binti Abu Lahab, dia berkata :
Nabi SAW bersabda :”Orang hidup tidak boleh mengganggu orang yang sudah
mati.” Adab Nabawi inilah yang patut kita miliki dan tidak kita tinggal-
kan selamanya, betapa pun kita memusuhi orang yang sudah mati itu.
Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih