Translate

Minggu, 18 November 2012

ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU AQIDAH (II)


ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU AQIDAH (II)

A.        Mu’tazilah

۞ Pengertian
Secara harfiyah kata mu’tazilah berasal dari kata I’tazila yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri.

۞ Sejarah
Aliran Mu’tazilah (artinya memisahkan diri ) muncul di Basrah, Irak, pada abad kedua Hijriyah. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha (700-750 M/ 80-131 H) memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat antara keduanya. Wasil bin Atha berpendapat, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar, statusnya bukan mukmin lagi namun tidak juga kafir yang berarti fasik. Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan dosa besar statusnya tetap mukmin.
Ajaran dasar Mu’tazilah yang tertuang dalam al-Ushul al-Khamsah adalah bagi mereka, orang yang berbuat dosa besar bukan kafir tapi bukan pula mukmin. Mereka mengambil posisi antara mukmin dan kafir yang dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah al-Manzilah bain Manzilatain.
Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu’tazilah berada diposisi tengah diantara posisi mukmin dan posisi kafir, jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertobat, ia akan dimasukkan kedalam neraka selama-lamanya. Walaupun demikian, siksaan yang diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir. Dalam perkembangannya, beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amir Amr bin Ubaid memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin atau kafir. Lalu timbul pula dalam Islam dua aliran teologi yang terkenal yaitu al-Qadariah dan al-Jabariah.

۞ Doktrin (Ajaran)

Mu’tazilah memiliki lima ajaran pokok:
1. At Tauhid (Keesaan Tuhan)
Dalam hal ini Mu’tazilah berpendapat, antara lain bahwa:
a. Tidak mengakui sifat Allah SWT, sebab apa yang dikatakan orang sebagai sifat Allah,             tidak lain zat Allah itu sendiri.           
b. Al-Qur’an adalah makhluk, sebab ia diciptakan dan tidak qadim.
c. Tuhan, di alam akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau oleh mata manusia bukanlah Tuhan.
d. Allah tidak sama dengan makhluk (tajassum).
2. Al ‘Adl (Keadilan Tuhan)
Dalam hal ini Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan imbalan kepada manusia sesuai dengan apa yang telah diperbuat oleh manusia.
3. Al Wa’adwal Wa’id (Janji dan ancaman)
Dalam hal ini Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah tidak akan mengingkari janjinya member pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan menimpakan siksa kepada orang muslim yang berbuat dosa.
4. Al Manzilah Bainal Manzilatain (Posisi di antara dua posisi)
Ajaran ini dicetuskan oleh Wasil bin Atha sendiri yang menyebabkannya memisahkan diri dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar, ststusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Amar Ma’ruf (tuntutan untuk berbuat baik) dan Nahi Munkar (mencegah segala perbuatan yang dibenci atau tercela). Jadi ajaran Mu’tazilah yang terakhir ini lebiah banyak berkaitan dengan hukum atau fikih.

۞ Tokoh-tokoh

Tokoh-tokoh Khawarij yang terkenal ialah:
1. Wahil bin Atha, lahir di Madinah tahun 70 H, yang memperoleh kelahiran aliran ini, yaitu aliran Mu’tazilah. Wahil bin Atha berpendapat bahwa:
a. Pelaku dosa besar posisinya adalah al-Manzilah Bainal Manzilatain.
b. Manusia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya.
c. Manusia menciptakan perbuatan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
d. Allah tidak memiliki sifat, sifat Allah adalah zat Allah sendiri.
2. Abu Huzail al-Allaf (135-235 H/751-849 M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok Mu’tazilah. Yaitu al-Ushul al-Khamsah.
3. Al Nazzam, murid dari Abu Huzail.
4. Al-Jubba’i, nama lengkapnya Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303 H/849-915 M).

۞ Kondisi Saat Ini
Sekalipun aliran Mu’tazilah tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali kembali oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.

B.         Maturidiyah

۞ Sejarah
Aliran maturidiyah lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendirinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi, di daerah Maturid Samarqand, untuk melawan mazhab Mu`tazilah. Abu Manshur Maturidi (wafat 333 H) menganut mazhab Abu Hanifah dalam masalah fikih. Oleh sebab itu, kebanyakan pengikutnya juga bermazhab Hanafi. Riwayatnya tidak banyak diketahui. Ia sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem pemikiran aliran maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.
Untuk mengetahui sistem pemikiran Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asy’ary dan aliran mu’tasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah dan asy’aryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang dihadapinya yaitu mu’tazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya masih ada.
Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.



۞ Doktrin (Ajaran)

Ajaran-ajaran pokok aliran Maturidiyah yaitu:
1. Kewajiban mengetahui Tuhan. Akal semata-mata sanggup mengetahui tuhan. Namun itu tidak sanggup dengan sendirinya hukum-hukum takliti (perintah-perintah Allah SWT).
2. Kebaikan dan kerburukan dapat diketahui dengan akal.
3. Hikmah dan tujuan perbuatan Tuhan. Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.
Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan manusia bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan wajib, karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.

۞ Golongan-golongan

Golongan-Golongan Didalam Maturidiyah Ada dua golongan di dalam Maturidiyah yaitu:
1.  Golongan Samarkand
Yang menjadi golongan ini dalah pengikut Al-maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah paham mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat tuhan, maturidi dan asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, tuhan mempunyai sifat-sifat, tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan pengetahuannya.
Begitu juga Tuhan berkuasa dengan zatnya. Mengetahui perbuatan-perbuatan manusia maturidi sependapat dengan golongan Mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya mewujudkan perbuatan-perbutannya. Apabila ditinjau dari sini, maturidi berpaham Qadariyah. Maturidi menolak paham-paham Mu’tazilah, antara lain maturidiyah tidak sepaham mengenai pendapat Mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk. Aliran Maturidi juga sepaham dengan Mu’tazilah dalam soal al-Waid wa al-Waid. Bahwa janji dan ancaman tuhan, kelak pasti terjadi. Demikian pula masalah antropomorphisme. Dimana maturidi berpendapat bahwa tangan wajah tuhan, dan sebagainya seperti pengambaran al-Qur’an. Mesti diberi arti kiasan (majazi). Dalam hal ini. Maturidi bertolak belakang dengan pendapat asy’ary yang menjelaskan bahwa ayat-ayat yang menggambarkan tuhan mempunyai bentuk jasmani tak dapat diberi interpretasi (ditakwilkan).

2.  Golongan Bukhara
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid maturidi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi dapat menerima ajaran maturidi. Dengan demikian yang di maksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Al-maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Al-asy’ary.
Namun walaupun sebagai aliran maturidiyah. Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham dengan maturidi. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagin umat Islam yang bermazab Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya sampai sekarang masih hidup dan berkembang dikalangan umat Islam.

C.        Ahlus Sunnah Waljamaah

۞ Sejarah

            Yang tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw (ahlussunah) dan sahabat Nabi (jamaah). Pendiri aliran ini ialah Abu al-Hasan al-Asy’ari di Bashrah dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
            Abu al-Hasan al-Asy’ari (260-324 H / 873-935 M), adalah cucu dari sahabat Nabi yang terkenal, Abu Musa al-Asy’ari. Semula ia berpaham Mu’tazilah karena diasuh dan berguru pada ayah tirinya Abu Ali al-Jubba’I yang juga guru besar Mu’tazilah di Bashrah. Pada akhirnya, ia meragukan paham Mu’tazilah dan memohon kepada Allah SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.
            Ketika berusia sekitar empat puluh tahun, Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa ia telah meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia menyebar-luaskan paham barunya yang terkenal dengan nama ahlussunnah waljamaah.

۞ Doktrin (Ajaran)

Pokok-pokok pikiran Abu Hasan al-Asy’ari, antara lain:
1.   Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran
2.   Al-Quran adalah qadim, bukan mahluk. Hal ini didasarkan pada ayat: sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadannya: “jadilah!” maka terjadilah ia (Q.S Yasin: 820)
3.   Kelak di akhirat Tuhan dapat dilihat oleh mata kepala manusia pendapatnya ini didasarkan pada ayat: “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada tuhan mereka melihat.” (Q.S. Al-Qiyamah: 22-23)
4.   Orang muslim yang berbuat dosa besar apabila meninggal dunia sebelum bertobat, tetap mukmin tidak kafir dan berada diantara mukmin dan kafir. Sedangkan keadannya di akhirat kelak terserah kepada Allah SWT. Bisa jadi mendapat hukuman dengan dimasukkan kedalam neraka sesuai dengan kadar dosanya, namun bisa juga sebaliknya, mendapat ampunan dari Allah SWT atau mendapat syafaat dari Rasulullah saw, sehingga masuk surga.
Jelaslah bahwa pokok-pokok pikiran al-Asy’ari bertolak belakang dengan paham-paham yang diajarkan oleh Mu’tazilah.
Abu al-Hasan al-Asy’ari juga menulis beberapa kitab tentang ilmu kalam. Kitab-kitabnya terpenting yang menjadi dasar pemikiran aliran yang diproklamirkannya dan menjadi pegangan bagi pengikutnya, adalah:
1.   Al-Ibanah’an Ushul al-Dinayah, yang berisi pokok-pokok pikiran ajaran Ahlisunnah Waljamaah.
2.   Al-Luma fi al-Radd ‘ala Ahl al-Ziyaq wa al-Bida, yang berisi pandangan dan ajaran Al-Asy’ari tentang ilmu kalam, dan jawaban terhadap serangan lawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih