ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU AQIDAH (II)
A.
Mu’tazilah
۞ Pengertian
Secara harfiyah kata
mu’tazilah berasal dari kata I’tazila yang berarti berpisah
atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri.
۞ Sejarah
Aliran Mu’tazilah
(artinya memisahkan diri ) muncul di Basrah, Irak, pada abad kedua Hijriyah.
Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha (700-750 M/ 80-131 H)
memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat
antara keduanya. Wasil bin Atha berpendapat, bahwa seorang mukmin yang
melakukan dosa besar, statusnya bukan mukmin lagi namun tidak juga kafir yang
berarti fasik. Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan
dosa besar statusnya tetap mukmin.
Ajaran dasar Mu’tazilah
yang tertuang dalam al-Ushul al-Khamsah adalah bagi mereka, orang yang berbuat
dosa besar bukan kafir tapi bukan pula mukmin. Mereka mengambil posisi antara
mukmin dan kafir yang dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah al-Manzilah
bain Manzilatain.
Setiap pelaku dosa
besar, menurut Mu’tazilah berada diposisi tengah diantara posisi mukmin dan
posisi kafir, jika pelakunya meninggal dunia dan belum sempat bertobat, ia akan
dimasukkan kedalam neraka selama-lamanya. Walaupun demikian, siksaan yang
diterimanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir. Dalam perkembangannya,
beberapa tokoh Mu’tazilah, seperti Wasil bin Atha dan Amir Amr bin Ubaid
memperjelas sebutan itu dengan istilah fasik yang bukan mukmin atau
kafir. Lalu timbul pula dalam Islam dua aliran teologi yang terkenal yaitu
al-Qadariah dan al-Jabariah.
۞ Doktrin (Ajaran)
Mu’tazilah memiliki
lima ajaran pokok:
1. At Tauhid
(Keesaan Tuhan)
Dalam hal ini
Mu’tazilah berpendapat, antara lain bahwa:
a. Tidak mengakui sifat
Allah SWT, sebab apa yang dikatakan orang sebagai sifat Allah, tidak lain zat Allah itu sendiri.
b. Al-Qur’an adalah makhluk, sebab ia diciptakan dan tidak qadim.
c. Tuhan, di alam
akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau oleh mata
manusia bukanlah Tuhan.
d. Allah tidak sama dengan makhluk (tajassum).
2. Al ‘Adl
(Keadilan Tuhan)
Dalam hal ini Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan
imbalan kepada manusia sesuai dengan apa yang telah diperbuat oleh manusia.
3. Al Wa’adwal
Wa’id (Janji dan ancaman)
Dalam hal ini Mu’tazilah berpendapat bahwa Allah tidak akan mengingkari
janjinya member pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan menimpakan
siksa kepada orang muslim yang berbuat dosa.
4. Al Manzilah
Bainal Manzilatain (Posisi di antara dua posisi)
Ajaran ini dicetuskan oleh Wasil bin Atha sendiri yang menyebabkannya
memisahkan diri dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat
dosa besar, ststusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
5. Amar Ma’ruf dan Nahi
Munkar
Amar Ma’ruf (tuntutan untuk berbuat baik) dan Nahi Munkar (mencegah segala
perbuatan yang dibenci atau tercela). Jadi ajaran Mu’tazilah yang terakhir ini
lebiah banyak berkaitan dengan hukum atau fikih.
۞ Tokoh-tokoh
Tokoh-tokoh Khawarij
yang terkenal ialah:
1. Wahil bin Atha,
lahir di Madinah tahun 70 H, yang memperoleh kelahiran aliran ini, yaitu aliran
Mu’tazilah. Wahil bin Atha berpendapat bahwa:
a. Pelaku dosa besar posisinya adalah al-Manzilah Bainal Manzilatain.
b. Manusia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukannya.
c. Manusia menciptakan perbuatan dan mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
d. Allah tidak memiliki sifat, sifat Allah adalah zat Allah sendiri.
2. Abu Huzail al-Allaf
(135-235 H/751-849 M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok Mu’tazilah. Yaitu
al-Ushul al-Khamsah.
3. Al Nazzam,
murid dari Abu Huzail.
4. Al-Jubba’i, nama
lengkapnya Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303 H/849-915 M).
۞ Kondisi Saat Ini
Sekalipun aliran Mu’tazilah
tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali kembali
oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.
B.
Maturidiyah
۞ Sejarah
Aliran maturidiyah
lahir di samarkand, pertengahan kedua dari abad IX M. pendirinya adalah Abu
Mansur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Almaturidi, di daerah Maturid
Samarqand, untuk melawan mazhab Mu`tazilah. Abu Manshur Maturidi (wafat 333 H)
menganut mazhab Abu Hanifah dalam masalah fikih. Oleh sebab itu, kebanyakan
pengikutnya juga bermazhab Hanafi. Riwayatnya tidak banyak diketahui. Ia
sebagai pengikut Abu Hanifa sehingga paham teologinya memiliki banyak persamaan
dengan paham-paham yang dipegang Abu Hanifa. Sistem pemikiran aliran
maturidiyah, termasuk golongan teologi ahli sunah.
Untuk mengetahui sistem
pemikiran Al-maturidi, kita bisa meninggalkan pikiran-pikiran asy’ary dan
aliran mu’tasilah, sebab ia tidak lepas dari suasana zamannya. Maturidiyah dan
asy’aryah sering terjadi persamaan pendapat karena persamaan lawan yang
dihadapinya yaitu mu’tazilah. Namun, perbedaan dan persamaannya masih ada.
Al-Maturidi dalam
pemikiran teologinya banyak menggunakan rasio. Hal ini mungkin banyak
dipengaruhi oleh Abu Hanifa karena Al-maturidi sebagai pengikat Abu Hanifa. Dan
timbulnya aliran ini sebagai reaksi terhadap mu’tazilah.
۞ Doktrin (Ajaran)
Ajaran-ajaran pokok
aliran Maturidiyah yaitu:
1. Kewajiban
mengetahui Tuhan. Akal semata-mata sanggup mengetahui tuhan. Namun itu tidak
sanggup dengan sendirinya hukum-hukum takliti (perintah-perintah Allah SWT).
2. Kebaikan dan
kerburukan dapat diketahui dengan akal.
3. Hikmah dan tujuan
perbuatan Tuhan. Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam
cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan manusia
bukanlah merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan wajib,
karena kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.
Perbuatan tuhan mengandung kebijaksanaan (hikmah). Baik dalam
cipta-ciptaannya maupun perintah dan larang-larangannya, perbuatan manusia bukanlah
merupakan paksaan dari Allah, karena itu tidak bisa dikatakan wajib, karena
kewajiban itu mengandung suatu perlawanan dengan iradahnya.
۞ Golongan-golongan
Golongan-Golongan
Didalam Maturidiyah Ada dua golongan di dalam Maturidiyah yaitu:
1. Golongan
Samarkand
Yang menjadi golongan
ini dalah pengikut Al-maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah paham
mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat tuhan, maturidi dan
asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, tuhan mempunyai
sifat-sifat, tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan
pengetahuannya.
Begitu juga Tuhan
berkuasa dengan zatnya. Mengetahui perbuatan-perbuatan manusia maturidi
sependapat dengan golongan Mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya mewujudkan
perbuatan-perbutannya. Apabila ditinjau dari sini, maturidi berpaham Qadariyah.
Maturidi menolak paham-paham Mu’tazilah, antara lain maturidiyah tidak sepaham
mengenai pendapat Mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk.
Aliran Maturidi juga sepaham dengan Mu’tazilah dalam soal al-Waid wa al-Waid.
Bahwa janji dan ancaman tuhan, kelak pasti terjadi. Demikian pula masalah
antropomorphisme. Dimana maturidi berpendapat bahwa tangan wajah tuhan, dan
sebagainya seperti pengambaran al-Qur’an. Mesti diberi arti kiasan (majazi).
Dalam hal ini. Maturidi bertolak belakang dengan pendapat asy’ary yang
menjelaskan bahwa ayat-ayat yang menggambarkan tuhan mempunyai bentuk jasmani
tak dapat diberi interpretasi (ditakwilkan).
2. Golongan
Bukhara
Golongan Bukhara ini
dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut maturidi
yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Nenek Al-Bazdawi menjadi
salah satu murid maturidi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi dapat menerima ajaran
maturidi. Dengan demikian yang di maksud golongan Bukhara adalah
pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Al-maturidiyah, yang mempunyai
pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Al-asy’ary.
Namun walaupun sebagai
aliran maturidiyah. Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham dengan maturidi.
Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagin umat Islam yang bermazab
Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya sampai sekarang masih hidup dan
berkembang dikalangan umat Islam.
C.
Ahlus Sunnah Waljamaah
۞ Sejarah
Yang tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi
Muhammad saw (ahlussunah) dan sahabat Nabi (jamaah). Pendiri
aliran ini ialah Abu al-Hasan al-Asy’ari di Bashrah dan Abu Mansur al-Maturidi
di Samarkand.
Abu al-Hasan al-Asy’ari (260-324 H / 873-935 M), adalah cucu dari sahabat Nabi
yang terkenal, Abu Musa al-Asy’ari. Semula ia berpaham Mu’tazilah karena diasuh
dan berguru pada ayah tirinya Abu Ali al-Jubba’I yang juga guru besar
Mu’tazilah di Bashrah. Pada akhirnya, ia meragukan paham Mu’tazilah dan memohon
kepada Allah SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.
Ketika berusia sekitar empat puluh tahun, Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa
ia telah meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia
menyebar-luaskan paham barunya yang terkenal dengan nama ahlussunnah
waljamaah.
۞ Doktrin (Ajaran)
Pokok-pokok pikiran Abu
Hasan al-Asy’ari, antara lain:
1. Tuhan
mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran
2. Al-Quran
adalah qadim, bukan mahluk. Hal ini didasarkan pada ayat: sesungguhnya
keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadannya:
“jadilah!” maka terjadilah ia (Q.S Yasin: 820)
3. Kelak
di akhirat Tuhan dapat dilihat oleh mata kepala manusia pendapatnya ini
didasarkan pada ayat: “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu
berseri-seri. Kepada tuhan mereka melihat.” (Q.S. Al-Qiyamah: 22-23)
4. Orang
muslim yang berbuat dosa besar apabila meninggal dunia sebelum bertobat, tetap
mukmin tidak kafir dan berada diantara mukmin dan kafir. Sedangkan keadannya di
akhirat kelak terserah kepada Allah SWT. Bisa jadi mendapat hukuman dengan
dimasukkan kedalam neraka sesuai dengan kadar dosanya, namun bisa juga
sebaliknya, mendapat ampunan dari Allah SWT atau mendapat syafaat dari
Rasulullah saw, sehingga masuk surga.
Jelaslah bahwa
pokok-pokok pikiran al-Asy’ari bertolak belakang dengan paham-paham yang
diajarkan oleh Mu’tazilah.
Abu al-Hasan al-Asy’ari
juga menulis beberapa kitab tentang ilmu kalam. Kitab-kitabnya terpenting yang
menjadi dasar pemikiran aliran yang diproklamirkannya dan menjadi pegangan bagi
pengikutnya, adalah:
1. Al-Ibanah’an
Ushul al-Dinayah, yang berisi pokok-pokok pikiran ajaran Ahlisunnah
Waljamaah.
2. Al-Luma
fi al-Radd ‘ala Ahl al-Ziyaq wa al-Bida, yang berisi pandangan dan
ajaran Al-Asy’ari tentang ilmu kalam, dan jawaban terhadap serangan lawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih